
Syahdan Suatu pagi yang cerah, Plato menemui Socrates sang guru bertanya
tentang Cinta dan Pernikahan.
Plato : “Wahai Guru, ajarkanlah kepadaku tentang apa itu Cinta dan Pernikahan”
Socrates : “Apakah tidak ada pertanyaan lain
yang lebih mudah dari itu hai muridku, dan apa gerangan yang mendorongmu
menanyakan itu?”.
Plato : “Pertanyaan itu telah membuat tidurku tak nyeyak, makanpun tak enak duhai
guru”
Socrates : “Baiklah kalau begitu, untuk mengetahui
jawabannya masuklah kau kedalam hutan di depan sana …”
Plato : “Wah… apa pula hubungan pertanyaanku dengan hutan wahai guru dan apa yang
harus aku lakukan di dalam sana ?”
Socrates : “Silahkan berjalan memasuki hutan dan cari pohon yang kau anggap paling
indah, tebang, lalu bawalah kehadapanku. Berangkatlah sekarang juga!”
Maka berjalanlah Plato sang murid menyusuri hutan lebat, ketika dia melihat
sebatang pohon yang indah dan hendak menebangnya, maka terlintaslah dalam
pikirannya “buat apa aku menebang yang ini, sementara hutan masih demikian
luas, pasti masih ada pohon yang lebih indah di dalam sana ”.
Pikiran serupa senantiasa muncul ketika ia akan menebang sebatang pohon
yang dianggapnya paling indah. Sampai senja merambat
turun, Plato pulang ke hadapan gurunya dengan tangan hampa.
Socrates : “Hai muridku Plato, mana pohon yang kupinta?”
Plato : “Maafkan aku duhai guru, aku belum menemukannya, aku yakin pohon itu ada di
dalam hutan itu, tapi aku masih butuh waktu lebih lama untuk mencarinya”
Socrates : “Apa yang baru saja kau jelaskan, itulah hakikat cinta,
ketika kau belum puas dengan apa yang ada dan kau masih akan terus mencari dan
mencari, entah sampai kapan”
Plato manggut-manggut mendengarkan penjelasan Socrates, lantas bertanya,
Plato : “Nah apa perbedaannya dengan pernikahan?”
Socrates hanya tersenyum mendengar tanya Plato, perlahan dia berujar,
Socrates : “lakukanlah apa yang kuperintahkan kepadamu tadi sekali lagi di esok hari”
Plato : “Baiklah wahai guruku”
Keesokan harinya, Plato kembali memasuki hutan. Tapi berbeda dengan
kemarin, sampai senja dia tidak membawa apa-apa. Hari ini ketika matahari belum
lagi sampai sepenggalah, Plato sudah kembali kehadapan Socrates dengan membawa
sebatang pohon.
Socrates : “Muridku plato, apakah pohon ini
merupakan pohon yang terbaik menurutmu?”
Plato : “Maaf wahai guruku, harus aku akui bahwa pohon ini sudah cukup baik
meskipun pohon ini bukanlah pohon yang terbaik”
Socrates : “Lalu kenapa pohon ini yang kau tebang?”
Plato : “Sebab saya tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali, sampai senja aku
tak berhasil membawa apapun”
Mendengar jawaban muridnya, Socrates tersenyum lalu menjelaskan,
Socrates : “inilah hakikat pernikahan, ketika kau memilih salah-satu diantara yang baik
meskipun engkau sadar bahwa itu belumlah yang terbaik. Bukankah kunci
pernikahan terletak pada kerelaan untuk saling menerima kelebihan dan
kekurangan masing-masing?”.
Plato : “Benar wahai guruku… terimakasih atas pencerahanmu ini”
Cinta itu semakin dicari, hasilnya semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di
dalam lubuk hati, di saat dapat menahan keinginan dan harapan yang berlebih.
Ketika muncul pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang
didapat adalah kehampaan… dan tiada sesuatu pun yang didapat.
Dan kesedihan lainnya Waktu dan Kesempatan tidak dapat diputar/kembali. Kita
harus melangkah ke depan….. tidak bisa berbalik ke belakang. Tak ada kesempatan
lagi. So Terimalah cinta apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar