02 Juni 2008

LEBAH DAN KEHIDUPAN MUKMIN


Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”
Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.
Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. Dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan,
“Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)
Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:
Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:
"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah: 168)
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)
Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).
Mengeluarkan yang bersih.
Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya! Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan.
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.
Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan.
Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.
Tidak pernah merusak
Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah.
Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu.
Jika kerusakan terjadi akibat kebohongan atau hasutan, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan pelakunya ke pengadilan.
Bekerja keras
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras ?
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan.
Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.
Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)
Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam

PRINSIP-PRINSIP YANG DIGUNAKAN DALAM MANAJEMEN LEBAH
Pelajaran yang diambil dari binatang lebah ini, mereka menggunakan manajemen yang luar biasa dan islami, tentu ini sangat baik untuk dijadikan contoh dan tauladan karena jangkauannya tidak hanya kehidupan dunia seperti manajemen yang diciptakan oleh orang-orang barat yang jangkauannya hanya di dunia saja, tapi manajemen lebah mencakup keihidupan dunia dan akhirat. Prinsip yang pertama yang digunakan adalah :
1.Orang yang beriman dan Bertakwa kepada Allah.
Karena binatang lebah ini yang dipilih oleh Allah, dalam surat An Nahal ayat 68 telah dijelaskan diatas bagaimana kehidupan binatang lebah ini diarahkan dan diilhami oleh Allah sehingga apa yang dilakukan selalu yang terbaik dan dapat memberi contoh kepada yang lainnya.
Begitu pula dengan manusia karena diberikan akal oleh Allah seharusnya mereka dapat menggunakan akalnya agar selalu beriman dan bertakwa kepada Allah dan Allahpun tentu akan memberikan balasan yang terbaik untuk manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al A’raaf ayat 96 yang berbunyi;
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereke disebabkan perbuatannya.”
Dengan ketakwaan yang dimiliki oleh manusia, maka apa yang akan diperbuat akan selalu berpedoman pada apa yang diperintahkan Allah.
2. Yang kedua adalah Perencanaan Yang Jauh ke Depan.
Binatang lebah ini memproduksi madu yang sampai saat ini masih menjadi suatu obat dan supplement yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Begitu pula manusia seharunya apa yang direncanakan atau apa yang akan dihasilkan itu dapat bermanfaat bagi kepentingan kehidupan manusia didunia dan kepentinganáakhirat untuk bekal dikemudian hari.
3. Ketiga mempunyai kelompok/organisasi yang solid
Di dalam kelompoknya/organisasinya mereka dapat memperlihatkan koordinasi yang padu dan solid, jika kita melakukan hal yang sama tentu hasilnya lebih baik lagi karena kita diberi akal oleh Allah sehingga aktivitas yang kita perbuat dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat utuk kehidupan manusia.
4. Produksi dan Aktivitas yang Bermanfaat
Lebah adalah pekerja keras yang selalu berbuat dan berbuat tanpa mengenal lelah, walaupun madunya dimanfaatkan oleh pihak lain tetapi mereka tidak putus semangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi yang membutuhkan. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kita seharusnya mencontoh bagaiman keteladanan lebah yang bekerja keras dan menghasilkan sesuatu dan aktivitas yang bermanfaat untuk kepentingan pihak lain yang membutuhkan dan hanya kepada Allah saja, yang akan melihat pekerjaan kita.
5. Kontrol dan Pengawasan
Binatang lebah menghasilkan madu yang bermacam-macam rasanya dan kualitasnya terjaga dari hal-hal yang tidak baik, ini memberi gambaran bagi kita bagaimana binatang lebah ini mengontrol dan mengawasi segala ativitas di kelompoknyaá sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dildalam kehidupan manusia ketika kita mempunyai kelompok dan organisasi tentu alat kontrol dan pengawasan sangat diperlukan agar produksi atau aktivitas yang dilakukan tidak menyimpang dari apa yang telah direncanakan bersama.
6. Berserah diri kepada Allah
Dan akhirnya kepada Allah juga kita kembali dan Allahlah yang akan menentukan segala apa yang kita harapkan dan yang kita inginkan dikabulkan.

Tidak ada komentar: